- Laboratorium Komputer
- Laboratorium Multimedia
- Laboratorium Perakitan Komputer (Bengkel kerja/Unit Usaha)
- Komputer/ Design Graphis/ Web Design
- Komunikasi Visual
- Kelas Full AC
- Alat belajar OHP, LCD, TV, Laptop, Radio, Internet (e-Learning)
- Laboratorium Bisnis (Unit usaha)
- Laboratorium Bahasa
- Perpustakaan Off-line dan On-line
- Mushollah
- Rohani Islam, Rohani Kristen
- Lapangan
- Lapangan parkir kendaraan mobil dan motor
- Kerjasama dengan Dunia Usaha dan Industri (PRAKERIN)
- Memberdayaan masing-masing unit usaha untuk mengasah kemampuan siswa dalam praktek kerja nyata dan produksi.
- Guru-guru dan praktisi bisnis yang berpengalaman dibidangnya
- Outsoursching & Bursa Tenaga Kerja atas permintaan perusahaan.
Semarang (ANTARA) - Pakar pendidikan yang juga Rektor Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) PGRI Semarang, Muhdi, menilai peniadaan ujian nasional (UN) ulangan pada 2011 merupakan langkah tepat.
"Dengan perubahan formulasi UN pada 2011 mendatang yang melihat kemampuan siswa secara komprehensif, UN ulangan tidak perlu lagi," katanya di Semarang, Senin.
Menurut dia, penyelenggaraan UN ulangan pada 2010 sebenarnya pemberian kesempatan bagi siswa yang gagal dalam UN utama, namun kenyataannya ada siswa yang nilai UN ulangannya jauh lebih baik dibandingkan siswa yang lulus.
Ia mengatakan hal tersebut tentunya menimbulkan pertanyaan, sekaligus perasaan tidak adil bagi siswa yang lulus UN dengan nilai pas-pasan, sebab mereka tidak memiliki kesempatan mengulang UN.
Akan tetapi, kata dia, saat itu memang perlu UN ulangan, sebab formulasi UN belum mengakomodasi kemampuan siswa secara komprehensif, akhirnya banyak siswa yang gagal hanya karena UN.
"Formulasi UN tahun lalu memang sudah menjadikan ujian sekolah sebagai salah satu penentu kelulusan, selain UN. Namun, praktiknya keduanya bisa saling membunuh," kata Muhdi yang juga Sekretaris Umum PGRI Jawa Tengah itu.
Ia mencontohkan ada siswa yang tidak lulus sekolah karena gagal dalam UN, atau sebaliknya siswa tidak lulus karena gagal dalam ujian sekolah, namun sekarang formulasinya berbeda.
"Nilai UN dan ujian sekolah akan digabung, bersama dengan nilai rapor, selanjutnya dinilai secara keseluruhan, tidak lagi sendiri-sendiri seperti formulasi sebelumnya," katanya.
Terkait dengan perubahan formulasi UN pada 2011, ia mengharapkan pemerintah segera menetapkan dan menyosialisasikannya kepada pihak sekolah, sebab hal itu berkaitan erat dengan kesiapan sekolah.
Ia mengakui saat ini memang masih ada perdebatan terkait bobot masing-masing, yakni UN dan ujian sekolah, sementara Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) mengusulkan perbandingan 60:40 untuk UN dan ujian sekolah.
Akan tetapi, kata Muhdi, pada prinsipnya formulasi UN 2011 sudah lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya, sebab UN tidak lagi "didewakan" oleh sekolah dengan menyiapkan siswanya secara mati-matian.